Indonesia Maju 75 Tahun

indonesia maju

Oleh : M.E. Sudrajat

“Hanya bangsa yang berani mengambil nasib

Dalam  tangan  sendiri, akan  dapat berdiri dengan kuat”.

Presiden Soekarno

          Indonesia Maju dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang sekarang tanpa terasa sudah memasuki usia 75 Tahun, adalah merupakan usia  yang memiliki arti  penting dalam  kehidupan bagi bangsa, negara dan masyarakat.  Namun dalam menyambut HUT Kemerdekaan Indonesia tahun ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya penuh kemeriahan dan suka cita semua warga negara Indonesia,  tahun ini tidak hanya Indonesia yang mengalami masalah penanganan Pandemik Covid-19 tapi  seluruh dunia. Sehingga adanya kekhawatiran dari berbagai kalangan menjadi kegagalan Indonesia Maju.
Infrastruktur ujung tombak Indonesia Maju

Virus corona telah menyebar ke ratusan negara berdasarkan data John Hopkins, sebanyak 185 negara/teritorial telah melaporkan kasus infeksi akibat virus tersebut atau Covid-19, termasuk Fiji dan teritorial Amerika Serikat Guam yang berada di kepulauan Pasifik. Pandemi corona terus berlanjut seiring belum adanya vaksin dan obat khusus. Beberapa peneliti memprediksikan, setelah gelombang pertama penyebaran virus corona terlewati, masih akan ada gelombang lanjutan. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyebut akhir pandemi masih lama. Penyebaran Corona Virus Desease 2019 (Covid-19) di Indonesia saat ini sudah semakin meluas, dengan  jumlah kasus terpapar Covid-19 semakin bertambah dari hari ke hari. Hingga saat ini, beberapa banyak negara termasuk Indonesia belum mampu menghentikan penyebarannya karena belum ditemukan obat atau vaksinnya.

Saat ini dampak Covid 19 dapat dikatakan luar biasa dapat melumpuhkan semua aktivitas manusia dan berdampak pada ekonomi, politik, sosial budaya, keamanan dan pertahanan.  Semua negara tertuju pada prioritas menyelamatkan sumber daya manusia (SDM), seperti ada kesepakatan tidak tertulis semua negara hanya memikirkan bagaimana menyelamatkan atau meringankan penderitaan rakyatnya, Para pemimpin negara tidak terlalu memikirkan pertumbuhan ekonomi, sehingga tidak mengherankan benyak negara mengalami minus pertumbuhan ekonomi termasuk Indonesia.  Seperti yang dikatakan  wakil Bank Dunia wilayah asia Timur dan Pasifik Viktoria Kwakwa, mendorong negara-negara ASEAN untuk berinvestasi sumber daya manusia agar warga dapat berbagi manfaat secara penuh dari pemulihan  dan memperkuat perlindungan sosial.

Pandemi Covid-19 belum juga bisa dikatakan berakhir, namun kehidupan harus terus berjalan.  Untuk itu, masyarakat harus mulai beradaptasi dengan kebiasaan hidup baru atau  disebut dengan ‘new normal life’. New normal merupakan perubahan perilaku untuk tetap melakukan aktivitas normal dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19. Secara sederhana, new normal ini hanya melanjutkan kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan saat diberlakukannya karantina wilayah atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Indonesia Maju

Tema yang diambil pamerintah dalam menyambut 75 tahun kemerdekaan Indonesia adalah Indonesia Maju, tidak tertutup kemungkinan tidak terlepas dari fenomena revolusi industri 4.0 yang  harus dihadapi Indonesia. Menurut  Presiden Jokowi perubahan dunia yang ditandai dengan revolusi industri 4.0 saat ini sangat cepat. Mengacu pada Mc Kinsey Global Institute, kecepatan revolusi industri 4.0 adalah 3.000 lebih cepat dibandingkan revolusi industri pertama.  “Saya baru belajar internet of thing, keluar artificial intelligence, lalu keluar lagi virtual reality, keluar lagi crypto currency. Sangat cepat perubahan-perubahan itu, Advance robotic, hyperloop, tesla, space x. Itu yang saya sering ingatkan ke menteri-menteri,”. (tayang di Kompas.com dengan judul “Kata Presiden Jokowi : Cepatnya Revolusi Industri 4.0”,: https://nasional.kompas.com/read/2018/10/26).

Sementara itu, bentuk dan makna logo  HUT tersebut berbentuk menyerupai perisai lambang Garuda Pancasila dengan tulisan “ Indonesia Maju ” di bawahnya. Logo Kemerdekaan ke-75 RI tahun 2020 ini menyimbolkan arti dari kesetaraan dan pertumbuhan ekonomi untuk rakyat Indonesia. Juga progres nyata dalam bekerja untuk mempersembahkan hasil yang terbaik kepada semua rakyat Indonesia. Pembuatan logo HUT ke-75 RI itu memiliki relevansi dengan tujuan pada periode baru ini, yaitu pembangunan infrastruktur, pembangunan sumber daya manusia, penciptaan lapangan kerja, serta pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah untuk segera terwujudnya Indonesia Maju.

Logo HUT 75 Tahun Indonesia Merdeka

Pemerintah ditengah-tengah fokus penanganan Covid-19 yang tidak ringan, harus pula mensukseskan agenda  besar yang sudah ditetapkan seperti  Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XX tahun  2020 di Papua  akan berlangsung 20 Oktober-2 November 2020 ditunda pelaksanaannya, sedangkan Pilkada serentak di 270 Kabupaten/Kota dan Provinsi pada 9 Desember 2020 tetap akan dilaksanakan meskipun diliputi pro-kontra terhadap kekuatiran ditengah pandemi Covid-19. Pemerintah juga mengakui Pandemi Covid-19 ini telah menimbulkan krisis diberbagai sektor, dan terjadi pelemahan di bidang pertumbuhan ekonomi sehingga sedikit menghambat program kerja Indonesia Maju.

Keberadaan Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagos) 17.504 pulau (termasuk  9.634 pulau yang belum diberi nama dan 6.000 pulau yang tidak berpenghuni), terletak dipersimpangan wilayah Asia Timur, Asia Tenggara dan Australia yang menuju  ke Timur Tengah dan Eropa.  Selain itu, Indonesia memiliki luas 1.904.556 km2 luas daratan,  5,5 juta km2 luas lautan, 95.181 km2 garis pantai.   Indonesia  yang luasnya 1,9 juta km2 ternyata lebih luas dari 11 negara Eropa Barat seperti Inggris, Belanda, Swiss, Jerman dan Austria.  Luas dan kemajemukan Indonesia merupakan “taken for granted”, yang harus di syukuri.

Negara Indonesia

Sementara itu jumlah penduduk Indonesia berada di urutan ke empat setelah China, India dan AS, berdasarkan Kementerian Dalam Negeri melalui Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil ( Dukcapil) merilis Data Penduduk Indonesia Semester I 2020, jumlah total penduduk Indonesia per 30 Juni sebanyak 268.583.016 jiwa. Jumlah penduduk yang besar menjadi salah satu modal mewujudkan Indonesia Maju. Berdasarkan urutan  homogenitas etnik dari beberapa negara diantaranya Korut dan Korsel 100 %,  Monaco, Hungaria dan Belanda 90%, Inggris dan Australia  68%,  Papua Nugini, Taiwan dan Singapura 58%, Swiss dan Amerika Serikat 50%, Malaysia 28%, Philipina 26%, Iran dan Indonesia 24%, India dan Kamerun  11%. Hal ini perlu mendapat perhatian besar pemerintah akan keberagaman Suku, Budaya dan Agama tersebut yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Berdasarkan  BPS 2010 terdapat lebih dari 300 kelopok etnik atau suku bangsa di Indonesia atau tepatnya 1.340 suku,  kemudian bahasa daerah di Indonesia ada 655 bahasa daerah yang tersebar dari Provinsi Aceh Darussalam hingga Provinsi Papua. Keberagaman yang di anugerahkan Tuhan bagi negeri ini mendukung percepatan Indonesia Maju.

Prediksi Prof. Ching-Lung Tsay (Tam Kang University Taiwan) mengatakan bahwa Indonesia kini bukan hanya raksasa demokrasi, tetapi juga kekuatan ekonomi yang sedang berkembang.  Sementara  analisis Oxford Economics menyatakan,  Indonesia diprediksi bakal menduduki posisi ketiga dari 10 pasar berkembang yang akan mendominasi perekonomian global pada 2028. Sehingga keinginan kuat untuk menciptakan Indonesia Maju adalah suatu keniscayaan. Prediksi tersebut berdasarkan analisis Oxford Economics terhadap negara-negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi tercepat. Sebagian besar negara dalam daftar 10 besar itu berada di Asia, sejalan dengan ekspektasi bahwa Asia akan memimpin masa depan ekonomi global. Namun dengan adanya Pandemi Covid-19 ini masihkah prediksi dan analis untuk mewujudkan Indonesia Maju ini masih bisa dibuktikan.

Mengakhiri tulisan ini ada pernyataan Presiden Joko Widodo, “Saya yakin, seyakin-yakinnya, dengan berpegang teguh pada semangat persatuan Indonesia, maka rumah besar kita tidak akan runtuh, tidak akan ambruk, dan tidak akan punah, tetapi justru berdiri tegak.   Bukan hanya untuk 100 tahun, 500 tahun tapi untuk selama-lamanya.  Presiden Joko Widodo. Sambutan Pidato 16 Agustus 2019.

Penulis

Pemerhati Lingkungan Strategis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *