Jokowi : RI Sudah Jadi Negara Cepat dan Tidak Bisa Didikte Oleh Siapapun

jokowi

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut Indonesia sudah alami perubahan signifikan selama 10 tahun terakhir. Kini Indonesia sudah menjadi negara cepat.
Kecepatan itu terlihat pada hilirisasi sumber daya alam (SDA). Setelah berhasil pada larangan ekspor komoditas mentah nikel, sederet industri turunan bermunculan.
Termasuk dalam pembangunan pabrik bahan anoda baterai lithium milik PT Indonesia BTR New Energy Material, di Kendal, Jawa Timur.

“Saya sangat menghargai kecepatan pembangunan pabrik ini. Baru 10 bulan yang lalu kita tanda tangan di Beijing tahu-tahu pabriknya sudah jadi,” kata Jokowi saat meresmikan pabrik bahan anoda baterai lithium milik PT Indonesia BTR New Energy Material, di Kendal, Jawa Timur, Rabu (7/7/2024).

“Ini yang namanya kecepatan dan negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat dan kita sekarang sudah jadi negara yang cepat,” paparnya.

Menkomarves Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan menjelaskan investasi PT Indonesia BTR New Energy material mampu menempatkan Indonesia menjadi produsen Anoda terbesar di dunia.

baca juga : program makan siang gratis tidak bebani APBN

“Kapasitas 80 ribu ton mampu cukup untuk memproduksi 1,5 juta mobil listrik, mereka akan buat fase II yang ditargetkan selesai Maret 2025, sehingga total produksi 160 ribu ton,” katanya.

“Dengan kapasitas ini Indonesia akan menjadi (produsen) nomor 2 terbesar di dunia, pabrik di Jepang kapasitas 10 ribu ton, Korea Selatan 40 ribu ton, terbesar di Tiongkok 100 ribu ton, jadi kita akan melewati Tiongkok dalam waktu ke depan,” Sambung Luhut.
Seperti diketahui, Nilai investasi tahap I untuk proyek ini mencapai US$ 478 juta atau setara Rp 7,72 triliun (asumsi kurs Rp 16.151/US$), dengan kapasitas produksi bahan anoda baterai mencapai 80.000 ton per tahun.

BTR telah merampungkan pabrik tahap pertama di KEK Kendal dalam waktu 10 bulan dan saat ini menjadi pabrik anoda terbesar di dunia.

Nantinya pada tahap II BTR akan berinvestasi senilai US$ 299 juta. Setelah tahap I dan II selesai, Indonesia diperkirakan juga akan menjadi produsen bahan anoda baterai litium-ion terbesar kedua di dunia dengan total produksi 160.000 ton.

kemudian perjuangan Indonesia untuk melakukan hilirisasi nikel tidak mudah. Sederet protes muncul, baik dari dalam negeri hingga Uni Eropa (UE) mengajukan gugatan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Awal-awal banyak yang tidak setuju, pro dan kontra dan juga yang kedua kita digugat oleh EU, oleh uni eropa dan kita kalah,” jelasnya.

Seperti diketahui, pada November 2022 lalu, Indonesia dinyatakan kalah dalam gugatan Uni Eropa di Badan Penyelesaian Sengketa atau Dispute Settlement Body (DSB) WTO terkait larangan ekspor bijih nikel sejak awal 2020.

“Tapi saya sampaikan negara ini adalah negara yang berdaulat, kepentingan nasional adalah segala-galanya buat kita. Tidak bisa kita didikte oleh siapapun,” ujarnya.

Pemerintah, kata Jokowi tidak bisa mundur dalam kebijakan hilirisasi. “Saya sampaikan pada menteri maju terus, digugat kalah, banding. nanti gak tau kalah lagi tapi kita sudah punya industri ekosistem besar dari EV maupun EV baterai sudah kita miliki,” terang Jokowi.

“Jadi yang kita impikan sebuah ekosistem besar kendaraan listrik yang kuat dan terintegrasi satu per satu mulai keliatan,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *