Curhat Sedih Sopir Mobil Jenazah Makamkan Korban COVID-19 Setiap Hari

Data terbaru korban positif virus corona di Indonesia telah mencapai 5.136 kasus. 446 di antaranya sudah sembuh dan 469 nyawa tidak terselamatkan.

Di balik angka statistik ini terdapat kisah pilu dari seorang sopir mobil jenazah Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta, Muhammad Nursyamsurya. Pria yang disapa Syam ini mengungkapkan kesedihannya di sesi tanya jawab jarak jauh lewat video dengan Najwa Shihab melalui program Mata Najwa di Trans 7.

Nana, sapaan akrab Najwa menanyakan berapa banyak jenazah yang telah dijemput dan diantarkan ke pemakaman oleh Syam. Syam juga mengungkapkan kesedihannya melihat korban terus bertambah setiap harinya.

“Frekuensinya tambah banyak, Mbak Nana. Puluhan (Jenazah). Memang ada rasa kuatir, manusiawi. Tapi bertambahnya hari ke hari yang meinggal itu yang buat kami sedih,” ungkap Syam.

Rasa sedih Syam dibalut dengan kekecewaan terhadap masyarakat yang masih banyak melakukan aktivitas di luar. Ia meminta tolong agar masyarakat mengikuti anjuran pemerintah untuk di rumah saja agar tidak ada korban yang bertambah.

“Jalanan Jakarta itu masih penuh masih macet seharusnya mereka tahu apa yang kami kerjakan sekarang. Tolong ikuti instruksi dari pemerintah diamm di rumah. kurangilah pekerjaan kami, sedih lihatnya tiap hari,” ujar Syam.

Kesedihan Syam mulai tak terbendung saat berbicara melalui sambungan video itu. Dengan suara terisak dan menyeka air matanya, Syam memohon agar masyarakat kali ini ikut instruksi pemerintah.

“Saya pengen naik pakai tronton teriak di jalanan kepada masyarakat ayo tolong kalian di rumah, tolong ikuti anjuran pemerintah. Kalau kalian tahu berapa banyak jenazah yang kami makamkan tiap hari pasti kalian akan sedih karena jenazah itu nggak ada yang diantar langsung masuk ke liang lahat,” tuturnya.

Ia juga menceritakan betapa letih dan berbahayanya pekerjaan tersebut. Pria ini juga memiliki keluarga di rumah yang harus dijaga. Belum lagi sebentar lagi akan memasuki bulan ramadhan semakin membuat hatinya terkoyak menjalani pekerjaan tersebut.

“Sampai kapan kita nggak tahu, sampai kapan kita begini. Sebentar lagi bulan puasa. Pengen taraweh berjamaah, pengen Idul Fitri. Tolong buat masyarakat diam di rumah sebentar aja 14 hari. Sebentar lagi kita bulan puasa, minta tolong. Kami memakamkan jenazah-jenazah ini udah puluhan tiap hari, minta tolong kita juga punya keluarga. kita punya tetangga kita punya kehidupan. Masa kehidupan seperti ini terus,” ujarnya

“Pengen, mbak di lampu merah teriak di jalanan. Masyarakat nggak mau ngerti. Sedih, mbak tiap hari terima telpon tiap menit telpon masuk ada jenazah yang harus dilayani dengan Protap 19. Tapi masyarakat nggak ada yang ngerti, capek tapi itu memang kerjaan, mau apa,” tutup Syam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *