Pelihara dan Jaga Harmonisasi Rasa Persatuan dan Kesatuan Bangsa Pasca Pemilu 2024

Pelihara dan Jaga Harmonisasi Rasa Persatuan dan Kesatuan Bangsa Pasca Pemilu 2024
HARIANTERKINI.COM, Jakarta – Pesta demokrasi lima tahunan dalam memilih pemimpin negara Republik Indonesia telah rampung diselenggarakan pada 14 Februari 2024.

Kebebasan dan hak masyarakat untuk memilih pemimpin Indonesia telah terselenggara dengan baik dan damai.

Namun tak sampai disitu, saat ini masyarakat masih harus menunggu hasil resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) selaku penyelenggara Pemilu terkait siapa pemenang dalam Pemilu 2024.

Dalam situasi saat ini, tidak sedikit berita hoaks, adu domba dan provokasi bertebaran di masyarakat khususnya di media sosial.

Maka dari itu para tokoh masyarakat mengimbau agar masyarakat tetap bersabar  dan menunggu hasil pemilu secara resmi yang dikeluarkan oleh KPU dengan sikap-sikap yang positif dan tidak mudah termakan informasi yang bersifat provokatif yang bisa menimbulkan perpecahan.

Hal ini juga disampaikan tokoh – tokoh agama, dimana mereka mengingatkan bahwa seluruh masyarakat merupakan satu kesatuan yang utuh di Republik Indonesia, jangan sampai sikap-sikap masyarakat yang mendukung pilihannya masing-masing dalam berdemokrasi bisa mencederai nilai kesatuan dan persatuan bangsa.

Hal yang disampaikan ulama asal Jawa Barat, Abdulah Gymnastiar atau yang kerap disapa Aa Gym.  Dikatakan Aa Gym, rasa persatuan dan kesatuan harus tetap dijaga.

“Saudaraku sebangsa dan setanah air, proses pilpres sudah berlangsung. Sambil menunggu keputusan dari KPU, sebaiknya kita sama-sama menahan diri. Jangan sampai ada sikap-sikap yang bisa menambah masalah baru. Semua pihak, kita ini satu keluarga besar di negeri ini,” ungkap Aa Gym.

Hal senada juga dikatakan Sekertaris DPW Majelis Umat Kristen (MUKI) Sulut, Pdt. Alfrets Daleno. Dikatakannya, bahwa saat ini usai Pemilu 2024, sikap sportifitas perlu untuk disikapi, pasalnya perbedaan menjadi hal yang manusiawi, tetapi tidak membawa pada perpecahan.

Delano menambahkan bahwa dirinya bersama tokoh agama lain, sepakat untuk menyuarakan perdamaian pasca Pemilu 2024 secara nyata dan langsung menyampaikan kepada masyarakat melalui khotbah, dan acara keagamaan lainnya agar tercipta situasi kondusif dan tidak menimbulkan perpecahan antar masyarakat.

“Kami tokoh agama Kristen menyuarakan Pemilu damai tersebut bukan hanya pada tindakan saat Pemilu, tetapi lebih mengimbau pada kegiatan gerejawi melalui khotbah di gereja dan tempat-tempat ibadah usai pemilu,” ucapnya.

Ketua JQH NU Sulut Ustad Barokah Zaenal Alam juga sepakat mengatakan bahwa pasca Pemilu 2024, gaung perdamaian harus terus dilakukan meski Pemilu sudah lewat, karena hal tersebut akan lebih menyuarakan dan melakoni keharmonisan di tengah perbedaan pemilihan saat pesta demokrasi usai.

Moderasi beragama adalah pendekatan yang mengedepankan toleransi, saling pengertian, dan dialog antar pemeluk agama untuk mewujudkan keharmonisan dan kerukunan antar umat beragama. Tujuan moderasi beragama adalah menghindari konflik dan ketegangan antar kelompok agama, serta mempromosikan kerjasama dalam membangun masyarakat yang pluralistik. Ini melibatkan upaya untuk menanggulangi ekstremisme, fanatisme, dan intoleransi dalam konteks keberagaman agama.

 

Baca berita selanjutnya :  Mempertahankan Harmoni Bangsa Pasca Pemilu 2024: Tantangan dan Tanggung Jawab Bersama

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *