HOAKS SEPUTAR VAKSIN COVID-19

HOAKS SEPUTAR VAKSIN COVID-19
HARIANTERKINI.COM — Hoaks seputar Vaksin Covid-19 masih beredar di tengah masyarakat, kabar bohong tersebut pun dapat menimbulkan kekhawatiran masyarakat.

Untuk memudahkan masyarakat membedakan informasi benar dan hoaks seputar vaksin Covid-19, Berikut kumpulan hoaks seputar vaksin Covid-19 terkini.

Vaksin Pfizer Mengandung Logam Berat Graphene Oxide

Klaim vaksin Pfizer mengandung logam berat graphene oxide berupa video yang menampilkan dokumen.

Diberi keterangan sebagai berikut:

“Dokumen internal dari laboratorium Pfizer menjelaskan tentang;

💉 Pfizer dengan ukuran berat 30 mg mengandung material logam berat graphene oxide dengan 15 milyar nanopartikel atau serbuk partikel pembawa lemak”

Penelusuran mengarah pada artikel berjudul “Pfizer vaccine does not contain graphene oxide” yang dimuat situs apnews.com, pada 9 Juli 2021.

Dalam situs apnews.com, seorang profesor teknik kimia di Massachusetts Institute of Technology Allen Myerson mengatakan tidak mungkin oksida graphene ditemukan dalam vaksin.

“Itu tidak ada dalam daftar bahan dan tidak mungkin ada,” kata Allen Myerson.

“Sama sekali tidak masuk akal,” kata Dr. Paul Offit, ahli vaksin di Rumah Sakit Anak Philadelphia.

Menurut spesialis penyakit menular Johns Hopkins Dr. Amesh Adalja ada penelitian tentang potensi penggunaan graphene oxide dalam vaksin lain, tetapi jumlahnya tidak akan menjadi racun bagi sel manusia.

Penelusuran juga mengarah pada artikel berjudul “Fact Check-COVID-19 vaccines do not contain graphene oxide” yang dimuat situs reuters.com, dalam artikel tersebut Senior Associate of Global Media Relations Pfizer mengatakan “Grafena oksida tidak digunakan dalam pembuatan vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech,”.

Menurut lembar fakta di situs web Badan Pengawas Obat dan Makanan AS, bahan vaksin Pfizer meliputi: mRNA, lipid, kalium klorida, kalium fosfat monobasa, natrium klorida, natrium fosfat dihidrat dibasa, dan sukrosa. Itu tidak mencantumkan graphene oxide.

Tidak ada vaksin COVID-19 lain yang tersedia di seluruh dunia, diproduksi oleh Moderna , Janssen, AstraZeneca, CanSino, Sinovac dan Sputnik V, mengandung graphene oxide.

ASI dari Ibu yang Divaksin COVID-19 Berubah Jadi Biru

Klaim tentang air susu ibu (ASI) dari ibu yang sudah divaksin COVID-19 akan berubah jadi biru beredar di media sosial. Kabar tersebut disebarkan salah satu akun Facebook pada 28 September 2022 lalu.

Akun Facebook tersebut mengunggah sebuah foto berisi kutipan dari seorang dokter bernama Naomi Wolf. Dokter tersebut menyebut bahwa ASI akan berubah warna menjadi biru kehijauan.

Breast milk…turned blue-green,” demikian narasi dalam foto tersebut.

Mereka mengatakan, ibu hamil atau sedang menyusui yang 💉copet19 akan berdampak pada ASI mereka, ASI jadi berwarna biru-hijau dan warna ASI tersebut akan menempel pada lidah bayi mereka,” tulis salah satu akun Facebook.

Konten yang disebarkan akun Facebook tersebut telah 4 kali dibagikan dan mendapat 1 komentar dari warganet.

Terdapat beberapa artikel yang membantah klaim tersebut. Satu di antaranya artikel berjudul “Misleading posts claim Covid-19 antibodies cause breast milk to change color” yang dimuat situs factcheck.afp.com pada 11 Februari 2022.

Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa dokter dari Brigham and Women’s Hospital, Boston, Amerika Serikat, Kathryn Gray mengatakan, antibodi dari vaksin tidak menyebabkan ASI berubah warna.

Menurut dia, ASI bisa saja berubah warna setiap saat, apalagi ketika si ibu mengonsumsi makanan tertentu.

“Saya menduga bahwa perubahan warna adalah karena salah satu faktor itu, bukan (vaksin) Covid-19,” kata Gray.

Menurut Gray, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari perubahan warna ASI, kecuali merah atau merah muda dari payudara pecah-pecah atau berdarah.

Sedangkan Konsultan Laktasi Bersertifikat Dewan Internasional, Gina Boling dari The Breastfeeding Center for Greater Washington mengaku, setuju bahwa susu biru kehijauan tidak secara khusus menandakan antibodi Covid-19.

Sementara, ahli gizi komunitas Tan Shot Yen menjelaskan bahwa ASI dari ibu yang sudah divaksinasi COVID-19 mengandung antibodi untuk bayi.

“Lagi hamil trimester kedua? Nah yang penting bukan cari baju bayi, renovasi kamar, atau menyiapkan namanya siapa. Yang utama di trimester kedua adalah vaksinasi COVID-19,” kata Tan dalam video singkat di Instagram pribadinya.

Dengan memvaksinasi ibu hamil, maka bayinya pun akan kuat, tambah Tan. Selain ibu hamil, ibu menyusui juga penting mendapatkan vaksinasi.

“Sebab kalau ibu menyusui dan sudah divaksinasi, maka air susu Anda akan mengandung antibodi untuk bayinya.”

Vaksinasi ibu hamil dan menyusui dapat menjadi cara melindungi jabang bayi di era COVID-19. Pasalnya, hingga kini belum ada vaksinasi untuk bayi.

“Ingat, belum ada vaksinasi COVID-19 untuk bayi, jadi kalau seandainya Anda menyusui dan Anda sudah divaksinasi, bayi Anda akan ikut terlindungi,” kata Tan.

Tan juga mengingatkan masyarakat khususnya yang sedang hamil atau menyusui untuk tidak pilih-pilih merek vaksin. Pasalnya, semua vaksin yang memiliki izin penggunaan darurat di Indonesia sudah dipastikan aman dan dan baik untuk digunakan.

“Udah enggak usah mikir merek yang paling bagus apa, semua ibu menyusui harus divaksinasi. Semuanya aman buat bayi Anda, sebab Anda juga ingin sehat dan bayinya kuat kan?”

KESIMPULAN

Klaim vaksin Pfizer mengandung logam berat graphene oxide tidak benar. Graphene oxide tidak digunakan dalam pembuatan vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech.

Klaim ASI dari ibu yang sudah divaksin COVID-19 akan berubah jadi biru ternyata tidak benar. Justru, ASI dari ibu yang sudah divaksinasi COVID-19 mengandung antibodi untuk bayi.

 

Baca Berita Selengkapnya: Vaksin Covid-19 Indovac Produksi Bio Farma Resmi Diluncurkan Presiden Jokowi…Bravo !!!

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *