Anggaran Besar, Pilkada 2020 Harus Tetap Digelar

pilkada
HARIANTERKINI.COM – Di tengah pandemi Covid-19, Indonesia memilih untuk menyelenggarakan pemilihan kepala daerah di sekitar 270 daerah di seluruh Indonesia. Pilkada kali ini setidaknya melibatkan sekitar 105 juta mata pilih di seluruh Indonesia. Keputusan untuk menyelenggarakan pilkada ini memang menjadi polemik tersendiri di tengah wabah Covid-19 yang setidaknya sudah berdampak lebih dari seratus ribu orang di Indonesia ditambah ribuan angka kematian.

Dalam perkembangannya, Pemerintah dan DPR secara resmi sepakat melanjutkan agenda pemilihan kepala daerah yang tertunda. Tabuhan gong kontestasi terdengar seksi. Partai politik, politisi, bakal calon kepala daerah terpantik bergairah merebut tahta . Pilkada tahun 2020 merupakan penyelenggaraan gelombang ke empat dan akan digelar di 270 daerah.

Keputusan pilkada ini tentu sudah dipertimbangkan matang-matang oleh semua pihak terkait, karena jika tidak diselenggarakan atau adanya pengunduran sampai batas waktu yang tidak ditentukan, maka bisa jadi menghambat regenerasi serta menimbulkan gejolak politik tersendiri di masyarakat.

Selain itu, patut diingat bahwa Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman mengatakan, energi dan biaya yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan pemilihan kepala daerah 2020 sudah sangat besar.

Sebelum akhirnya hari pemungutan suara diputuskan ditunda dari 23 September menjadi 9 Desember, Arief menyebut, biaya yang keluar untuk melaksanakan tahapan pra-pencoblosan sudah mencapai Rp 1 triliun.

Masyarakat kita pun dituntut untuk lebih cerdas dalam menelaah dan memilih para calon potensial yang akan maju dalam pemiliihan kepala daerah tahun ini agar tidak terperdaya hanya karena tampilan di media sosial maupun virtual yang dengan sangat mudah dipalsukan ataupun dipercantik.

Meski alam berselimut corona pilkada tetap menjadi primadona.

Politik memerlukan pemetaan, bacaan dan standar yang valid disaat mendeteksi peluang menang. Jangan membatasi diri pada satu variabel penopang kemenangan. Perlu pendekatan yang luas, multi demensi. Lebih banyak alat pembanding (komparasi) malah lebih baik.

Selamat memilih!

Baca Juga : MEMANDANG NILAI EKONOMIS PILKADA SERENTAK 2020 BAGI MASYARAKAT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *