Sederet Teknologi yang Lahir di Tengah Pandemi, Masker Pendeteksi Pasien Covid-19 hingga Robot Perawat

Pandemi Covid-19 mendorong sejumlah akademisi dan kaum terpelajar melahirkan temuan.

Teknologi canggih yang dikembangkan para anak bangsa ini memiliki beraneka tujuan.

Ada yang diciptakan untuk menekan penyebaran corona, meningkatkan kewaspadaan masyarakat hingga membantu para petugas medis.

Berikut sederet teknologi yang lahir di tengah pandemi yang dirangkum oleh Kompas.com :

Seorang dosen Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Jawa Tengah bernama Bangun Wijayanto menciptakan sebuah masker pintar.

Terinspirasi dari tokoh iron man, masker ciptaannya ini mampu menampilkan sejumlah data bagi penggunanya.

Bangun mengatakan, masker yang dilengkapi tiga lampu indikator akan menyala saat melewati daerah yang memiliki pasien Covid-19.

Lampu merah menyala jika melewati wilayah dengan pasien positif Covid-19. Kemudian, berwarna kuning ketika melewati wilayah yang mempunyai pasien dalam pengawasan (PDP).

Dia memanfaatkan informasi mengenai sebaran Covid-19 dalam perangkat berbasis internet of things (IOT) yang praktis dan mudah diakses.

“Data yang digunakan berasal dari data resmi yang tersedia di website resmi pemerintah kabupaten (Pemkab).

Tim gabungan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dan Universitas Airlangga melahirkan sebuah robot canggih yang dinamai RAISA (Robot Medical Assistant ITS-Unair).

RAISA dirancang mampu meringankan tugas tenaga medis.

“Robot ini mampu memberikan pelayanan kepada pasien yang sedang diisolasi seperti mengantar makanan, pakaian maupun obat-obatan,” kata Muhtadin, salah satu anggota tim peneliti RAISA dari ITS Surabaya.

RAISA memiliki tinggi 1,5 meter dan dilengkapi empat rak bersusun.

Rak itu bisa membawa barang hingga 50 kilogram.

Robot itu juga dilengkapi monitor untuk komunikasi dua arah antara tenaga medis dengan pasien.

RAISA diproduksi dengan biaya sekitar Rp 100 juta per unit.

Baterai robot ini mampu bertahan sampai 10 jam.

“RAISA dikendalikan menggunakan remote control dari jarak jauh,” ujar dia.

RAISA telah diserahterimakan pada RS Universitas Airlangga di Gedung Pusat Robotika ITS pada Selasa (14/4/2020).

Pemuda bernama Ahmad Alghozi (22) dan sejumlah temannya melahirkan sebuah aplikasi data bernama fightcovid19.id.

Alghozi merupakan alumni D3 Teknik Informatika, Universitas Telkom.

Aplikasi ini lahir dari keprihatinannya mengetahui banyaknya tenaga medis yang meninggal dunia.

“Niatnya cuma membantu untuk penanggulangan Covid-19 ini. Saya merasa sedih saat pertama kali mendengar ada dokter yang meninggal. Lalu dibuat aplikasi ini supaya sama-sama bisa menanggulangi wabah ini,” kata Alghozi

Sistem ini bekerja dengan memetakan setiap orang yang bergerak di suatu daerah.

Data dihimpun dari petugas pemerintah yang mengawal pintu masuk pelabuhan di darat, laut dan udara. Data tersebut kemudian diinput ke sistem.

Penggunaan aplikasi ini didukung gelang penanda yang dipasangkan pada setiap orang yang melintas di pintu masuk.

“Gelang hanya untuk psikologis orang yang memakainya. Mereka harus ingat jika saat ini sedang ada wabah sehingga lakukan isolasi mandiri dan sewaktu-waktu berkoordinasi dengan petugas,” ujar Alghozi.

Untuk mengerjakan proyek yang bertujuan bukan untuk profit ini, Alghozi rela keluar dari pekerjaannya di salah satu perusahaan teknologi.

Sebab, untuk merampungkan aplikasi diperlukan waktu 24 jam.

Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjajaran (Unpad) dan YPM Salman menelurkan sebuah ventilator portabel

Ventilator tersebut dinyatakan lolos uji pada 21 April 2020.

“Vent-I telah melewati proses uji produk menyeluruh oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kementerian Kesehatan dan dinyatakan lolos,” ujar tim Komunikasi Publik dari pengembang Vent-I, Hari Tjahjono.

Vent-I merupakan alat bantu pernapasan bagi pasien yang masih dapat bernapas sendiri atau pasien Covid-19 pada gejala klinis tahap 2.

Teknologi ini diklaim dapat digunakan dengan mudah oleh para tenaga medis.

Vent-I dinyatakan aman digunakan sebagai ventilator non-invasive untuk membantu pasien Covid-19.

Hari mengungkapkan, alat ini dapat segera diproduksi untuk keperluan sosial. Vent-I akan dibagikan gratis kepada rumah sakit yang membutuhkan.

“Untuk kebutuhan sosial ini, Vent-I akan diproduksi sekitar 300-500 sesuai dengan jumlah donasi yang masuk ke Rumah Amal Salman. Untuk produksi dikerjasamakan dengan PT DI,” papar dia.

Seorang profesor di Sumatera Selatan bernama Faisal Rizal mengklaim telah menemuka antivirus corona.

Antivirus yang ditelitinya tersebut berupa produk gula yang dikembangkan menggunakan light technology.

Menurut Faisal, virus corona menyebar dan membelah diri ketika pasien diberi protein.

Sementara, gula tersebut berfungsi memecah protein menjadi asam amino sehingga diklaim mempercepat pencegahan dan pengobatan Covid-19.

“Jadi protein digunakan Covid-19 untuk membelah atau memperbanyak turunannya dan glukosa adalah energinya. Dampaknya, kita memiliki imunitas yang kuat. Tidak ada dampak buruk yang dihasilkan,” kata Faisal.

Ia mengatakan telah mengujicobakan gula tersebut ke beberapa pasien Covid-19 di rumah sakit.

“Tingkat keberhasilannya sudah ada. Datanya kita dapat dari beberapa rumah sakit di luar Sumsel. Ada beberapa pasien yang sembuh. Proses penyembuhannya biasanya tidak lebih dari 5 hari,” ujar dia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *